Mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia semester V melaksanakan kegiatan “Peluncuran dan Bedah Buku Antologi Cerpen Ketika Hidup Berkoma” pada Selasa, 19 Desember 2023 di ruang Laboratorium FITK UIN Sumatera Utara. Kegiatan bedah buku tersebut dilakukan dengan mengundang sastrawan Sumut, Hasan Al Bana.
Acara ini turut dihadiri oleh Kaprodi dan Sekprodi Tadris Bahasa Indonesia, dan dosen pengampu mata kuliah Menulis Kreatif, Saripuddin Lubis, M.Pd. Pada kesempatan ini juga dilakukan penyerahan beberapa buku hasil karya mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Semester V yang terdiri dari buku Antologi Cerpen Ketika Hidup Berkoma, buku cerita anak yang berjudul Jangan Jajan Sembarangan, buku feature yang Belajar dari Orang-Orang Hebat, dan buku Antologi Artikel Populer Bahasa dan Sastra Indonesia kepada Kaprodi Tadris Bahasa Indonesia, Rina Devianty, S.S., MPd. dan sastrawan Hasan Al Banna oleh Kosma Stambuk 2021 dan Ketua Panitia Acara.
Acara yang dimulai pukul 14.00 WIB diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an beserta sari tilawah. Setelah kata sambutan dari panitia dan sekretaris prodi, ditampilkan musikalisasi puisi oleh Yustika Sari dan Aqsol Riski dan visualisasi puisi oleh Suci Ramadani. Pada kesempatan tersebut, dilakukan penyerahan beberapa buku karya mahasiswa semester V.
ang hadir tidak merasa bosan.
Sebelum memasuki acara bedah buku, pembawa acara meminta kepada Hasan Al Banna untuk menampilkan sebuah pembacaan puisi. Beliau membawakan sebuah puisi yang berjudul “Seperti Belanda” karya Fikar W. Eda. Lalu dilanjutkan dengan acara membedah buku dan berdiskusi mengenai buku Antologi Cerpen Ketika Hidup Berkoma. Pada kegiatan bedah buku tersebut, Hasan Al Banna mengatakan bahwa terdapat beberapa judul cerpen yang isi deskripsinya sangat terinci. Kerincian pada bagian deskripsi tersebut menggambarkan kekhasan orang Sumatra, berbeda dengan karya sastra yang berasal dari Jawa. Selain itu, terdapat beberapa paragraf yang terdiri dari banyak baris sehingga dapat melelahkan mata saat membacanya. Juga, terdapat tanda titik maupun koma yang tidak pada tempatnya. Pada saat menjelaskan kekurangan isi buku Antologi Cerpen tersebut, Hasan Al Banna menjelaskan dengan kata-kata jenaka dan gestur tubuh yang bervariasi sehingga seluruh peserta yang hadir tidak merasa bosan.