Batik merupakan salah satu warisan budaya dari nenek moyang Imdonesia. Batik juga sudah diakui sebagai warisan dunia. Pernyataan tersebut sejak badan PBB untuk pendidikan, keilmuan dan kebudayaan atau UNESCO menetapkan batik sebagai warisan untuk kemanusiaan dan nonbendawi (masterpices of the oral intangible heritage of humanity) pada 2 Oktober 2019.
Untuk merawat budaya membatik di kalangan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia mengikuti pelatihan membatik pada Sabtu, 21 Mei 2022 di Pusat Industri Kecil (PIK) yang terletak di jalan Menteng Medan. Kegiatan pelatihan membatik tersebut berkaitan dengan mata kuliah yang ada di kurikulum prodi, yakni Kewirausahaan.
Pada kegiatan pelatihan membatik ini, mahasiswa diberikan wawasan terkait tentang budaya batik, jenis-jenis batik, alat dan proses pembuatan batik. Ada beberapa istilah dalam proses membatik, seperti nyungging atau tahap pembuatan pola di kertas, njaplak atau proses pemindahan pola dari kertas ke kain, nglowong, atau tahap melekatkan lilin dengan menyesuaikannya dengan pola yang telah dibuat, isen-isen, atau memberi variasi pada ornamen (motif), nembok, atau menutup bagan dasar kain yang tidak perlu diwarnai, ngobat atau mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara mencelupkan pada larutan zat pewarna, nglorod atau menghilangkan lilin dengan cara merebus dengan air mendidih, dan pencucian.
Setelah mendapat materi tersebut, mahasiswa langsung melakukan praktik membatik yang dikoordinasi oleh pemateri Sri Wahyuni, M.Psi., dosen mata kuliah Kewirausaahan sekaligus pelaku usaha batik Pelopor Jaya. Turut hadir dalam kegiatan pelatihan membatik tersebut, Rina Devianty, S.S., M.Pd., selaku Sekprodi Tadris Bahasa Indonesia. Kegiatan pelatihan membatik ini diikuti oleh mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia semester II. Pada akhir kegiatan, mahasiswa menunjukkan hasil praktiknya dengan membuat pola batik di saputangan hasil karyanya sendiri.